Justifikasi Sebuah Cinta
Ini tulisan gw buat dengan sebuah pertanyaan yang sangat mendasar dalam dasar jiwa gw, yaitu berhakkah seseorang untuk menjustifikasi harus dengan siapakah ia jatuh cinta. Esensi dari cinta sendiri menurut gw adalah sebuah keikhlasan, knp? karena sebuah keikhlasan lahir dari sebuah rasa butuh dan rasa menghargai, notabenenya dalam bentuk apapun, lalu berhakkah seseorang menilai pribadi pasangan temannya? bahkan sebelum ia kenal sekalipun.
Banyak alasan kenapa gw memilih tulisan ini untuk saya posting di blog gw, karena gw melihat fenomena baru yang berkembang di kalangan masyarakat saat ini, laki-laki yang pantas atau tidak pantas sebagai seorang pasangan adalah laki-laki yang secara finansial baik dan bisa menyenangkan hasrat material, begitupun sebaliknya terhadap perempuan.
Secara logika ini aneh, lah wong kenal juga belum kok sudah menilai dengan sangat seksama, ada sebuah pembicaraan secara langsung pun belum kok bisa-bisanya menilai dengan sangat jelas.
Mungkin karena merasa ada perusak pada hubungan temannya, tapi gw perjelas sekali lagi disini, Setiap orang berhak untuk menentukan siapa pasangan hidupnya, dan juga cinta adalah anugerah dari tuhan jadi siapapun tidak dapat menolaknya, karena kita tak akan pernah tahu dengan siapa kita jatuh cinta.
Jadi siapapun teman anda tidak berhak untuk menghakimi, kembali pada masalah merebut atau bahasa sekarangya adalah menikung, ini lebih aneh lagi, selingkuh terjadi karena pasangan tidak merasa cukup nyaman dengan sebuah hubungannya, jadi kalau pasangan tersebut mempunyai sebuah ekspektasi yang tidak terpenuhi minimal mendekati tidak salah untuk mencari seseorang yang dapat menggantikannya, tapi masyarakat kita saat ini ter-doktrinisasi kalau mereka melihat dari sisi lua, jadi bisa menilai sisi dalam suatu hubungan, dan begitu salah satunya meninggalkan yang lain mereka selalu menganggap yang ditinggalkan sebagai korban, lalu dimana kebebasan untuk menentukan pilihan hidup?.
Siapa sih yang bisa hidup seperti boneka? Jawabannya jelas tidak ada!, lalu gw berpikir, "siapa yang harus disalahkan?", yang harus disalahkan adalah orang-orang yang tidak bisa menjaga sebuah rasa yang harusnya di pupuk, bukan makin lama makin mati, sebagai contoh banyak orang ketika baru menikah sering sekali memuji pasangannya, setelah lama menikah mulai malas dan ada rasa bosan, disini peran penting salah satu pasangan untuk diuji inisiasinya, untuk membuat hubungan tersebut tetap hangat, lalu kenapa banyak yang meninggalkan? jawabannya adalah manusia berhak untuk melihat dengan mata hatinya dan menanyakan pada hatinya tentang siapa yang lebih dicintai.
Kita berhak untuk melihat, memilih dan mencari pasangan karena cinta, karena intuisi terdalam tidak akan pernah bohong, karena perasaaanitu diciptakan tuhan, jangan pernah memilih karena hutang budi, cantik, tampan, materi dan lainnya, karena itu semua percuma, cuz everything is made to be broken. Jadi sebuah rasa cinta yang didasari rasa terima kasih, rasa pertemanan, hutang budi akan hancur karena semua itu terbuat dan berbentuk, sedangkan cinta itu sendiri bentuknya surealis.
Banyak alasan kenapa gw memilih tulisan ini untuk saya posting di blog gw, karena gw melihat fenomena baru yang berkembang di kalangan masyarakat saat ini, laki-laki yang pantas atau tidak pantas sebagai seorang pasangan adalah laki-laki yang secara finansial baik dan bisa menyenangkan hasrat material, begitupun sebaliknya terhadap perempuan.
Secara logika ini aneh, lah wong kenal juga belum kok sudah menilai dengan sangat seksama, ada sebuah pembicaraan secara langsung pun belum kok bisa-bisanya menilai dengan sangat jelas.
Mungkin karena merasa ada perusak pada hubungan temannya, tapi gw perjelas sekali lagi disini, Setiap orang berhak untuk menentukan siapa pasangan hidupnya, dan juga cinta adalah anugerah dari tuhan jadi siapapun tidak dapat menolaknya, karena kita tak akan pernah tahu dengan siapa kita jatuh cinta.
Jadi siapapun teman anda tidak berhak untuk menghakimi, kembali pada masalah merebut atau bahasa sekarangya adalah menikung, ini lebih aneh lagi, selingkuh terjadi karena pasangan tidak merasa cukup nyaman dengan sebuah hubungannya, jadi kalau pasangan tersebut mempunyai sebuah ekspektasi yang tidak terpenuhi minimal mendekati tidak salah untuk mencari seseorang yang dapat menggantikannya, tapi masyarakat kita saat ini ter-doktrinisasi kalau mereka melihat dari sisi lua, jadi bisa menilai sisi dalam suatu hubungan, dan begitu salah satunya meninggalkan yang lain mereka selalu menganggap yang ditinggalkan sebagai korban, lalu dimana kebebasan untuk menentukan pilihan hidup?.
Siapa sih yang bisa hidup seperti boneka? Jawabannya jelas tidak ada!, lalu gw berpikir, "siapa yang harus disalahkan?", yang harus disalahkan adalah orang-orang yang tidak bisa menjaga sebuah rasa yang harusnya di pupuk, bukan makin lama makin mati, sebagai contoh banyak orang ketika baru menikah sering sekali memuji pasangannya, setelah lama menikah mulai malas dan ada rasa bosan, disini peran penting salah satu pasangan untuk diuji inisiasinya, untuk membuat hubungan tersebut tetap hangat, lalu kenapa banyak yang meninggalkan? jawabannya adalah manusia berhak untuk melihat dengan mata hatinya dan menanyakan pada hatinya tentang siapa yang lebih dicintai.
Kita berhak untuk melihat, memilih dan mencari pasangan karena cinta, karena intuisi terdalam tidak akan pernah bohong, karena perasaaanitu diciptakan tuhan, jangan pernah memilih karena hutang budi, cantik, tampan, materi dan lainnya, karena itu semua percuma, cuz everything is made to be broken. Jadi sebuah rasa cinta yang didasari rasa terima kasih, rasa pertemanan, hutang budi akan hancur karena semua itu terbuat dan berbentuk, sedangkan cinta itu sendiri bentuknya surealis.
Comments
Post a Comment