Puisi tak Berjudul

Ketika aku merasa semua menyenangkan, dibalik itu juga kesedihan memuncak
Apakah memang sudah saatnya aku mengerti bahwa semua ini hanya harapan semu tanpa arah 
Sisi" hatiku menjerit entah apa yang harus kuperbuat?, kadang aku membohongi nuraniku
Ketika sebuah cahaya melintas di kegelapan malam, di tengah deru suara mesin yang dikendarai

Aku berpikir dengan keras apakah aku pantas? Apakah aku hanya sebuah retorika dalam busuknya dunia
Aku tak mengerti seberapa kuat bintang bernama matahari dan planet bernama bumi ini memapahku
Ingin ku melempar semua teriakan jiwa ini, ingin rasanya ku lari dalam kehanyutan melodi sepi
Ingin rasanya ku hidup dalam sugesti terbaik yang bisa manusia miliki
 
Entah dalam sisi mana aku harus melihat?
Entah dari sudut mana aku mendengar
Aku memang debu, begitupun dengan awalku
Bertahankah aku dengan kekalahan yang dari awal memang sudah kukenal?

Kukenal dengan dekat karena ia begitu sering bersamaku
Bermain dengan metabolisme tubuhku
Menjadi dagingku, menjadi energiku
Saat ku terdiam ada satu pertanyaan melambung, akankah manusia mementingkan arah mana yang mungkin ditakdirkan tuhan dan menolaknya

Berusaha dengan upaya bisa merubahnya, menjadikan kehidupannya lebih dari surga, atau itu saja? atau aku hanya menangis semu, dengan kata tanpa makna yang tak pernah terdengar hebat, bahkan dengan orang2" terdekatku sekalipun
Aku masih manusia tuhan, aku masih sorang pria tuhan, aku masih sorang dengan pikiran manusiawi yang ingin bahagia,,,

Ketika sebuah pertanyaan lagi melintas dalam benakku yang paling liar sekalipun
Ketika aku berkutat dengan sebuah resistensi tanpa batas yang memandang dengan terbalik antara sebuah gejala psikosis dengan kenyataan

Aku ingin membuat sesuatu tanpa aku harus berbuat represif terhadap diriku pribadi, terhadap puing asaku Bahkan yang paling dalam sekalipun, aku diam dalam emas, aku diam, aku diam…

Comments

Popular Posts