Hiduplah karena dengan ini kau merasa hidup

Sudah lama sepertinya gw ga menulis, sudah 6 tahun berlalud dari tulisan terakhir gw. Saat ini mungkin gw lebih dewasa dan lebih menyikapi sesuatu dengan lebih bijak, ya mungkin gw ga nulis galau2 lagi, gw sudah menikah dan memiliki seorang putra yang sangat gw sayang.

Hidup mulai terasa aneh di tahun 2020 ini dimulai dengan banyaknya musibah yang datang silih berganti, di awali dengan banjir persis di awal tahun ini, dan di 3 bulan pertama tahun ini lahirlah sebuah pandemi luar biasa yang bernama covid-19.

Gw mulai merasa aneh dengan dengan kehidupan, gw lebih memilih melihatnya dengan sebuah hal yang namanya survival. Gw mulai bisa berdamai dengan hal2 yang dulu bahkan gw tolak mentah2, mulai terjadi konsolidasi di benak gw, gw bukan seorang yang brutal lagi, bukan seseorang yang melihat dengan cara yang kekanak2an.

Ada bagian2 dalam diri gw yang rindu apa dan bagaimana rasanya lagi menjadi orang yang masa bodo dengan segala hal, yang hidup hanya untuk hari ini dan persetan dengan esok hari. Itu udah ga bisa lagi kawan, gw punya tanggung jawab besar sebagai seorang Ayah dan Suami.

Ah.. betapa dunia terasa menjadi literasi belajar yang konon menjadi pedagogy yang mahsyur.

Gw sama sekali tidak terlibat dengan konstelasi politik manapun, dulu munngkin golput dengan alasan politik dan internal thought, sekarang gw golput karena ada alasan lain dan sesuai dengan kaidah2 yang belakangan mulai gw pahami.

Tapi sejujurnya ada yang hilang dari semua ini, terutama dengan majunya teknologi yang ada. oya saat ini video conference menjadi hal yang wajar, yang bahkan pada saat post2 terakhir blog ini 6 tahun lalu itu merupakan hal yang langka. Tapi seperti yang ingin gw sampaikan tadi, gw kehilangan sebuah motivasi untuk mencari sesuatu, sesuatu kepuasan batin entah ini namanya idealisme atau apalah. Gw seperti berdamai dengan cara2 kapitalis, gw berdamai dengan penyiksaan sebagai budak korporasi layaknya setiap impian orang2 di negara ini untuk mendapatkan kelas sebagai penerima upah tiap bulannya.

Bahkan gw kehilangan keberanian untuk berkata lebih keras pada hal2 yang mengganggu otak gw, gw lebih baik menurut, mengamini.Ya, gw akuin ini seperti kerbau dengan tali di hidungnya, gw menjadi pengecut yang berlindung di balik alasan bahwa "hidup butuh uang". Maka gw memilih untuk Hidup karena dengan hidup maka akan merasa hidup. Frase yang aneh memang, tapi ini kenyataan gw cuma ingin bertahan hidup, entah kenapa mungkin ini sifat gw, gw lebih memikirkan kebahagiaan orang lain daripada diri gw sendiri, gw jarang merasakan lagi bagaimana rasanya menabung untuk mendapatkan gadget terbaru dan gw oprek kemampuan2nya, gw lupa juga rasanya adrenalin saat mencari tau seperti apa karakter sound atau berbicara soal gitar dan lainnya.

Terkadang rindu, tp ini bukan pilihan, ini kewajiban, gw punya beban yang dipikul bahkan sebelum gw mengenal apa arti dunia. Gw yang terlahir dan di besarkan dengan hilangnya sosok ayah saat umur masih belia, dan mencoba bertahan dengan apa adanya.

Gw juga kehilangan teman2 terbaik gw, entah baik atau tidak. tp sebagian gw anggap ga pernah ada, hanya beberapa yang bertahan dan dengan dasar itulah gw mulai memilih mengetatkan ruang lingkup gw. Gw cuman pengen hidup.


ya Gw cuma pengen hidup. Karena dengan hidup maka gw merasa hidup

Tangerang, 24 September 2020
Rinaldi Keadilan Harahap

Comments

Popular Posts